Kisah Materi Bakar

Ini ialah jawaban terhadap sebuah editorial yang berjudul: "Mengambil oleh tanduk banteng", (The Jakarta Post, 6 Maret)

Editorial Anda disebutkan "boros pengeluaran puluhan miliar dolar juga merupakan penghinaan terhadap keadilan alasannya ialah lebih dari 55 persen dari subsidi pernah dinikmati oleh pemilik kendaraan beroda empat langsung dengan mengorbankan orang-orang berpenghasilan rendah dan miskin".

Lebih jauh ke bawah, "namun lebih penting dalam jangka panjang ialah bahwa ketika orang-orang percaya bahwa abad materi bakar murah telah berhenti, mereka akan mulai untuk menata kembali kehidupan mereka sesuai".

Saya tidak membantah bahwa subsidi materi bakar sanggup mengurangi efisien alokasi sumber daya. Namun, artikel Anda gagal untuk mengakui alasan bahwa sebagian besar penduduk negara ini tergantung pada penggunaan kendaraan beroda empat pribadi, yang merupakan kegagalan pembangunan infrastruktur dan kurangnya tindak lanjut oleh pemerintah dalam memperbaiki sistem transportasi umum untuk mengurangi kebutuhan untuk kendaraan beroda empat pribadi.

Biarkan saya meyakinkan Anda, paling langsung pemilik kendaraan beroda empat akan dengan bahagia hati mengatur kehidupan mereka, meninggalkan kendaraan beroda empat mereka dan merangkul kesempatan untuk 10 menit perjalanan menyusuri busway bukan setengah jam merangkak di kendaraan beroda empat langsung mereka, bila hanya bus TransJakarta dioperasikan lebih teratur daripada jadwal acak mereka ketika ini dan tidak dikemas ke tepi ketika mereka tetapkan untuk datang.

Jangan begitu cepat menuntut bahwa individu swasta mengatur ulang hidup kita. Kita semua mempunyai kehidupan yang hidup, bisnis untuk menjalankan, dan pemerintah tidak melaksanakan tugasnya dalam memastikan bahwa kita bisa melakukannya secara berkelanjutan.

Ini ialah pemborosan pembangunan infrastruktur pemerintah yang telah menciptakan kepemilikan kendaraan beroda empat suatu keharusan, bukan suatu kemewahan. Kenyataan bahwa Anda mempunyai 600.000-650.000 asumsi domestik penjualan kendaraan beroda empat gres untuk tahun 2010 dan 700.000 diperkirakan untuk 2011 mendukung gagasan bahwa kepemilikan kendaraan beroda empat telah menjadi suatu keharusan.

Hal pertama yang seorang sarjana muda di Jakarta Apakah sehabis mendapat pekerjaan mereka ialah untuk lingkup pemberian kendaraan beroda empat terbaik honor mereka sedikit akan memungkinkan mereka. Mereka akan lebih dari bahagia untuk "menata kembali kehidupan mereka".

Setelah semua, mengemudi di Jakarta ialah latihan cardio mimpi jelek sendiri, tetapi menyampaikan padaku apa pilihan lain yang kita miliki hingga Fauzi Bowo benar-benar memperlihatkan pada janji-janji kampanye nya dan perbaikan transportasi umum di Jakarta?. Simak juga ulasan Agen BandarQ

Comments

Popular Posts